1.1 Pendahuluan
Kian hari dilema anak-anak bermasalah yang dikenal sebagai anak-anak nakal kian menyeruak. Anak-anak nakal zaman sekarang tingkat kenakalan mereka semakin menjadi-jadi, anak-anak nakal zaman dulu suka iseng membakar pohon pisang yang daunnya sudah kering, apabila mereka ditegur mereka pada umumnya intropeksi diri dan takut kepada orang yang menegur mereka tersebut karena rasa hormat dan harga-menghargai orang tua yang masih terjaga, anak-anak nakal zaman sekarang bukannya sama atau berkurang dari yang sebelumnya malah semakin parah, diantara mereka ada yang telah merasakan seks bebas, mabuk lem dan mengkonsumsi minuman keras, bahkan terlibat tindakan kriminal.
Pilkada tahun kemarin memunculkan sosok baru bagi para orang tua di Provinsi Jawa Barat, sebut saja namanya “Bapak Aing”. Bapak Aing mulai melakukan restorisasi besar-besaran di wilayah kekuasaannya yakni Provinsi Jawa Barat, kebijakannya yang pro rakyat menurut rakyat Indonesia secara mayoritas, mulai dari kebijakan larangan penggunaan kendaraan pribadi bagi para peserta didik, larangan pemungutan jalan raya, penghapusan wisuda dari TK hingga SMA, penataan anggaran daerah dan satgas antipremanisme. Terdapat 2 kebijakan yang sangat kontroversi, yaitu Vasektomi adalah syarat penerima Bansos (Bapak Aing mengklarifikasi bahwa penerima bantuan yang anaknya banyak diharapkan berkeluarga berencana kalau bisa laki-laki [dikutip dari Tempo]), dan anak-anak bermasalah dikirim ke barak militer, akibatnya, muncul pendapat kontra dari para insan yang berpikir. Lantas apakah semua anak-anak nakal bisa dibina di barak militer?
1.2 Pembahasan
Untuk mewujudkan generasi unggul melalui Gapura Panca Waluya (gagasan pendidikan ciptaan Bapak Aing), Bapak Aing melibatkan TNI dalam kebijakan ini dengan tujuan menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, dan membantuk karakter benar, pintar, dan tanggap (cageur, bageur, bener, pinter, singer) pada siswa. Pembinaan ini diselenggarakan di barak militer dengan TNI sebagai pembinanya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengirim ratusan siswa SMA ke kamp-kamp militer pelaksana di Jawa Barat untuk mengikuti pelatihan ini dengan menelan anggaran sebesar Rp 3,2 miliar (dikutip dari Instagram: pojok_bogor).
Progam ini tentu saja belum cocok untuk semua anak-anak di Jawa Barat bahkan Indonesia, latar belakang anak-anak nakal itu bermacam ragam, pada dasarnya progam ini hanya untuk peserta didik yang menduduki bangku SMA sederajat. Apapun usaha yang diperbuat oleh para ahli dan masyarakat yang tidak terpengaruh sia-sia belaka, masyarakat Indonesia sudah familiar dan suka dengan didikan untuk anak-anak seperti zaman dahulu, yakni di didik secara otoriter. Didikan secara ototriter ini saya akui berhasil menciptakan generasi yang tangguh dan tahan banting untuk sebahagian para insan, semakin berjalan zaman ternyata kondisi kenakalan pada anak dan remaja malah semakin parah, belum tentu semua orang tua di Indonesia yang mayoritas di didik secara otoriter bisa menghadapinya, mereka bahkan sudah angkat tangan saking tak sanggupnya mereka menghadapi hal demikian. Berikut ini adalah faktor penyebab kenakalan pada remaja dan anak-anak, dan cara mengatasinya
Pola Lingkungan yang buruk (Toxic)
Ingatlah akan hal ini! Kondisi lingkungan sekitar sangat mempengaruhi tumbuh kembang sang buah hati, kondisi yang buruk mulai dari kondisi keluarga yang kurang baik, kondisi sekitar tempat tinggal yang buruk, pola pergaulan yang salah dan pengaruh globalisasi menjadi sebab buah hati anda menjadi nakal, saya akan bahas satu demi satu:
- Kondisi keluarga yang kurang baik.
Anak-anak dan remaja yang berada di dalam posisi ini cenderung memiliki 2 kondisi kejiwaan, yaitu sang anak menjadi emosional, karena anak tersebut menyimpan dendam kepada keluarga yang telah melukai hatinya, bisa jadi berupa KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), bisa juga berupa sang anak kurang diperhatikan di dalam keluarga, dan bisa juga karena konflik lainnya seperti hubungan antara sanak saudara yang tidak akur, sang anak tak akan mengekspresikan emosinya di dalam keluarga, sang anak akan mengeluarkan semua emosinya di luar keluarga (diluar rumah), seperti sering berkelahi, suka keluyuran, dan suka berbohong.
Selanjutnya yaitu sang anak menjadi depresi bahkan sampai ingin bunuh diri, sang anak cenderung menjadi pribadi yang pemurung, tidak suka keramaian (suka menyendiri), sering berhalusinasi, dan berujung kepada hal yang tak diinginkan seperti melakukan pembunuhan atau bunuh diri.
Dari dua sebab itu maka pendekatan halus menjadi solusi dari masalah ini, psikolog adalah pihak yang diantaranya dilibatkan dalam masalah ini, tugas yang bisa dilakukan adalah jadikan dirimu sebagai payung pelindung sang anak seperti orang tua kandungnya sang anak itu sendiri, sehingga sang anak tersentuh dan dijamin akan merubah dirinya dan menjadi penurut serta ia akan menganggapmu sebagai orang yang paling perhatian dan yang paling sayang pada dia.
- Keadaan sekitar tempat tinggal yang buruk.
Pola hidup masyarakat tempat tinggal sang anak mempengaruhi tumbuh kembang sang anak, apabila masyarakat menormalisasikan perilaku yang tak beretika maka besar kemungkinan sang anak terpengaruh. Meski para orang tua telah mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk sang anak belum bisa teguh pendirian di bagian yang benar, kondisi lingkungan lebih kuat mempengaruhi anak ketimbang nasihat orang tuanya.
Bukan hanya keluarga saja yang mesti dibenahi, lingkungan sekitar tak luput dari pembenahan, semua elemen termasuk pihak pemerintah turut serta membangun lingkungan yang sehat dan baik, mulai dari mengubah cara berpikir, mengubah kebiasaan masyarakat, dan penataan tata lingkungan.
- Pola pergaulan yang salah.
Ucapan-ucapan dari teman sang anak jauh lebih di dengar dan dituruti si anak ketimbang orang tuanya, sang anak sering ditimpa aturan-atuiran dari orang tua yang memunculkan tekanan bagi si anak, sementara apabila bersama teman-temannya ia bisa mengemukakan keberadaan dan jatinya dengan bebas merdeka, maka jangan heran sang anak bahkan dengan pedenya menunjukan perilaku tak terpuji kepada teman-temannya dan teman-temannya belum tentu bisa menolak tindakan itu.
Seharusnya orang tua tidak boleh kaku dalam mendidik sang buah hati, berikanlah ia kebebasan dalam mengemukakan jati diri dan keberadaannya asalkan sehat dan baik (seiring sejalan).
Kini kita telah memasuki era 5.0, yang dimana teknologi adalah kiblat konsep kehidupan bermasyarakat. Pengaruh kemajuan teknologi bisa membawa kedalam dua hal, yakni membawa kepada yang positif atau sebaliknya. Betapa mudahnya sekarang kita bisa mengakses media sosial sekarang ini, jika tak dibina dengan cara yang tepat, kemajuan teknologi akan menjadi palu kematian tumbuh kembang positif sang buah hati.
Membatasi penggunaan gawai bagi si buah hati bukanlah solusi! Jadikanlah penggunaan gawai bagi si anak kepada hal yang positif, misalnya sebagai media pembelajaran dengan cara yang bijak.
Pola pendidikan yang tidak tepat
Sungguh ironis, fakta lapangan menunjukkan bahwa peserta didik mulai dari anak-anak hingga remaja sudahlah tidak mengerti dengan pembelajaran di sekolah akhlak peserta didik tak dibina dengan baik. Perlu digarisbawahi, yang benar itu adalah memahami materi bukan menghafal materi, percayalah! Orang yang memahami apa yang ia pelajari akan melekat di dalam pemikirannya (yang ia pelajari itu) ketimbang orang yang menghafal pelajaran yang ia pelajari, jika tidak, jangan salahkan siswa siswi bisa mencontek pada saat ujian (mencontek adalah salah satu kenakalan pada peserta didik). Cara memutus paham demikian bisa dilakukan dengan cara ini:
Jumat siang sekitar jam dua hingga jam tiga sore pada tanggal 25 April 2025 saya mengganti modul pembelajaran yang awalnya menggunakan buku al-Arabiyah Baina Yadaik beralih kepada buku Durusul Lughah jilid pertama karya Syekh V Abdur Rahim rahimahullah (Wafat tahun 2023). Pada halaman 5 adalah pembelajaran menghafal kosa kata, disitu juga telah tersedia ilustrasi bergambar, saya mengajar pada bagian itu dengan cara menggunakan benda di sekitar saya sebagai penerjemah, misalnya bahasa arab kunci adalah مِفْتَاحٌsaya tak hanya berpedoman kepada gambar di dalam buku itu saja, saya keluarkan kunci sepeda motor saya di dalam saku saya, saya tunjukkan kepada siswa siswi di dalam kelas itu, dan saya biarkan mereka menerjemahkannya sendiri, dampaknya adalah peserta didik bukan hanya hafal, mereka memahami apa bahasa arabnya kunci.
Pola berpikir yang keliru
Banyak para orang tua yang belum mengetahui bahwa kenakalan pada anak-anak dan remaja juga bisa disebabkan oleh kesalahan dalam berpikir (distorsi kongitif). Seperti apa yang sudah dipaparkan sebelumnya, anak-anak dan remaja belum bisa meneguhkan pendirian diatas kebenaran. Kesalahan dalam berpikir ini bisa berupa:
- Pemahaman yang keliru tentang sebab-akibat
Anak-anak dan remaja jika dihadapkan kedalam konflik batin (antara lakukanlah dan jangan lakukan) mereka masih keliru dalam mengambil mana yang lebih baik, sehat dan aman. Misalnya persoalan balap liar muncul dua konflik batin yakni jangan lakukan atau lakukanlah, anak-anak yang beranjak remaja akan merasa minder jika tidak menuruti kehendak teman sepermainannya, di dalam pikirannya terdapat kekhawatiran: “Jika aku gak balap liar, nanti aku akan dibully dan dikatain penakut”, ini adalah bentuk pemikiran irasional.
- Kesalahan dalam menilai diri dan orang lain
Anak-anak dan remaja itu manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, sama seperti orang dewasa bahwa anak-anak dan remaja bisa salah persepsi, ini sering terkait harga diri rendah, prasangka dan asumsi yang berlebihan tentang cara orang lain melihatnya. Sama contohnya seperti diatas, ia menganggap jika ia tidak balap liar maka ia tidak dianggap oleh teman sepermainannya (istilah sederhananya adalah gak enakan).
- Pengambilan keputusan impulsif
Kebanyakan para remaja belum matang secara neuroplogis (khususnya bagian otak prefrontal yang mengatur kontrol diri dan pertimbangan jangka panjang) apalagi anak-anak, itulah sebabnya mereka cenderung berpikir pendek dan mengambil keputusan yang keliru. Kembali kepada contoh balap liar tadi, sang anak/remaja ada yang belum menyadari dampak negatif balap liar bagi dirinya sendiri maupun orang lain, seperti resiko kecelakaan yang tinggi, hingga tersangkut kasus pelanggaran lalu lintas.
Kesalahan-kesalahan dalam berpikir pada dasarnya berperan dalam mendorong kenakalan anak dan remaja, dan akan jauh lebih baik harus dilihat dalam konteks yang lebih luas. Pendidikan berkarakter, pembinaan mental dan layanan konseling yang ketiganya diselilingi dengan pendidikan keagamaan yang tepat adalah solusi efektif dari permasalahan ini dengan disertai oleh dukungan emosional
1.3 Penutup
Kenakalan pada anak-anak dan remaja disebabkan oleh 3 hal yaitu pola lingkungan yang buruk, pola pendidikan yang tidak tepat dan pola berpikir yang keliru, solusi yang bisa dilakukan adalah pembinaan mental, pendidikan berkarakter, layanan konseling, pendekatan halus, mengubah pola mengajar, tidak memberikan tekanan pada sang anak, perbaikan lingkungan dan semua itu harus mengikuti norma yang berlaku di daerah itu (termasuk aturan negara). Ini adalah bukti bahwa tidak selamanya pendidikan otoriter itu mampu melibas kenakalan pada anak-anak dan remaja, termasuk tempat pembinaan di barak militer tentu saja memberi mereka tekanan sehingga mereka akan patuh dalam jangka pendek dan menyimpan dendam nantinya.
Saya yakin dari beribu pembaca hanya 10 orang yang mau menerima, meresapi dan melaksanakan solusi di dalam artikel ini, jadilah orang yang 10 itu Demikian narasi-narasi yang saya untaikan, mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan, semoga Tuhan Yang Maha Esa mempertemukan kita kembali di tulisan saya yang berikutnya. Sampai jumpa.
 |
Nama: Avifo Anwar TTL: Lubuk Basung, 17 Januari 2006 Alamat: Jl Sarga Indah (RT:03/RW:03), Kelurahan Andalas, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Sumatera Barat
Pekerjaan: Mahasiswa Nama Instansi: UIN Imam Bonjol Padang Nomor Telepon: 082287579247
Email: ibnanwar86@gmail.com Moto: Kuasai dan Taklukkan Dunia |