"HIMPUNAN INDEPENDEN,
TAPI KOK JADI ALAT?"
Karya: Awaluddin Situmorang
Sedih rasanya melihat wadah sebuah mahasiswa di politisasi oleh orang-orang yang ngakunya paham independensi. Dalam AD (Anggaran Dasar) Bab III tujuan, sifat, dan status pada pasal 5 tentunya sifat daripada himpunan itu sendiri adalah bersifat independen. Kemudian daripada itu saya fikir dengan secara seksama tentunya kesalahan-kesalahan yang demikian itu harusnya dapat kita atasi dengan berbagai fikiran kritis yang dapat kita buktikan dengan tindakan baik.
Namun yang menjadi persoalan adalah apakah kader dari wadah itu sendiri
kritis, berani dan akademis?
Untuk menjawab soal diatas
maka kita perlu membahas pengertian kader. Kader secara etimologi bersal dari Bahasa Yunani yaitu cadre
yang berarti Bingkai. Jika mengikuti istilah bahasa, bingkai artinya
penyanggah sebuah lukisan agar dia kokoh sehingga dia mampu menjaga nilai dari lukisan tersebut. Nah, bagaimana dengan kader dalam sebuah himpunan? Jadi,
kader dalam sebuah himpunan adalah sebagai tulung punggung sekaligus menjadi
penyanggah agar nilai-nilai dari pada himpunan itu dia jaga dengan semestinya. Nah, secara terminologinya kader adalah “sekelompok orang yang terorganisir secara
terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar”.
Dengan demikian jika diamati kader itu sendiri mempunyai
empat ciri sebagai berikut:
- Kader itu bergerak dan terbentuk dalam organisasi, dalam
artian kader itu bergerak dan terbentuk jika dia sesuai dengan aturan main
oraganisasi (AD/ART). Jika menyimpang dari ini, maka dalam konstitusi itu
sendiri tentunya ada sanksi yang akan ditanggung. Jadi perlu kita ingat
harus bermain dalam game rules jangan menurut selera masing-masing ya
teman-teman.
- Seorang
kader tentunya mempunyai komitmen yang secara terus menerus dalam artian
permanen. Tidak mengenal semangat musiman artinya mempunyai militansi yang
kuat. Siap disegala waktu, medan, dan kondisi dalam memperjuangkan kebenaran.
- Seorang kader itu sendiri harus mempunyai bobot atau kualitas. Yah, jika di Wadah itu sendiri kader harus mempunyai Lima KIC (kualitas insan cita) sehingga dia dapat menjadi penyokong atau penyanggah kesatuan komunitas manusia yang lebih besar.
- Seorang kader memiliki visi dan perhatian yang serius
dalam merespon dinamika sosial lingkungannya. Dalam konteks ini
kader mengemban amanah supaya mampu melakukan social engineering.
Empat kualitas yang kader
harus miliki di atas menjadi landasan sehingga melahirkan proposisi bahwa Kader
dari Wadah atau himpunan itu tidak kritis, berani dan akademis. Karena melihat persoalan yang
terjadi sekarang menjelang pilkada ini secara terang-terangan pucuk pimpinannya berpihak pada kandidat calon bupati tertentu. Memang dia menyatakan
dukungan secara pribadi, tapi kan dia bukan putra daerah tapsel sehingga argumentasinya
kita anggap batal tidak dapat diterima. Persoalan yang kedua jika dia mengatakan
dia mendukung kandidat tertentu dengan dasar dirinya atau individu maka itu
juga batal karena jabatan structural itu tidak dapat kita lepaskan. Jika tidak mampu menjaga independesi organisasi. maka,
mundur dari jabatan secara terhormat. Karena itu dapat menciderai kontitusi
yang berlaku. Disini, saya sendiri mengkritisi dengan melalui tulisan cakar
ayam ini tidak bermaksud sentimen. Tetapi ini adalah bukti kasih sayang
terhadap himpunan.
Dalam keseluruhan aktivitas manusia di bumi ini tentunya manusia mempunyai
nilai yang mendasar dalam kehidupannya sehari-hari. Maka tulisan ini saya
persembahkan dalam rangka melawan eksploitasi himpunan. Tulisan ini
adalah impelementasi dari Q.s Ali Imran Ayat 110.
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ
لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ
ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
Artinya:
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama)
kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada Allah. Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.
Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
fasik.
Dalam rangka memperjuangkan kebenaran, kader
itu mempunyai kebebasan dalam menyampaikan pendapat yang basicly Argumentatif
dan tidak menyinggung pribadi seseorang atau sentimen. Kritik itu perlu guna meluruskan
sesuatu yang bengkok. Tidak ada gading
yang tak patah tiada manusia yang tak bersalah. Tentunya kritik dan saran itu
diperlukan. Kritik itu, bukan das sein (sebagaimana adanya) tapi harusnya adalah das
sollen (bagaimana seharusnya).