Karya: Awaluddin Situmorang
Pada jaman dahulu Kancil berkunjung ke hutan rimba Selatan. Kancil melihat segerombolan kawanan domba liar sedang berkumpul. Kala itu Kancil heran, Kenapa domba itu berteriak? Seakan-akan teriakan itu adalah signal bagi domba-domba liar lainnya, supaya berkumpul jadi kesatuan massa yang besar. Hampir satu jam Kancil mendengarkan teriakan itu dan tibalah akhirnya seluruh domba liar itu terkumpul kira-kira sebanyak Empat Puluh domba.
Kancil mengamati dengan secara cermat dan teliti, sekaligus mempertanyakan. Apakah yang sedang domba-domba itu rencanakan? Kenapa domba-domba itu berteriak seakan itu menjadi signal sehingga domba-domba lain ikut dengan mereka? Kancil semakin penasaran dengan tingkah laku domba-domba itu.
Setelah domba-domba itu selesai berbincang. Kancil duga mereka telah mendapatkan kesepakatan yang bulat dari diskusi mereka. Tak lama kemudian gerombolan domba-domba itu bergerak dari titik itu awal ke titik lokasi yang baru. Kemudian daripada itu mereka membentuk sebuah lingkaran seolah-olah Kancil merasa acara mereka itu seperti Forum Group Discussion (FGD) dan pada saat itu muncullah domba kurus tak berisi seperti kurang makan berteriak “Hidup Domba” sebanyak tiga kali, seolah-olah teriakan itu bagaikan orasi untuk membakar semangat domba-domba lainnya. Setelah mendengar teriakan itu barulah Kancil menyadari bahwa domba-domba itu melakukan aksi unjuk rasa. Tapi herannya Kancil, tiba-tiba datanglah satu domba yang agak berisi maju dengan gamblangnya seraya berteriak “jangan ada yang menekan para serigala junjunglah integritas dan netralitas”. Kemudian mereka memutar sebuah rekaman pembicaraan seekor singa menggertak serigala. Yang kira-kira bunyinya “hai para serigala dukunglah daku menjadi raja hutan di Hutan Selatan Ini jika tidak daku akan memangsa kawanan kalian para serigala”. Dan kemudian dibentangkanlah sebuah spanduk yang kurang lebih tulisannya posko pengaduan intimidasi dari singa. Kemudian domba-domba itu menghimbau kepada seluruh penghuni hutan selatan dengan lantang “Hai seluruh penghuni hutan selatan!!! Jangan ada yang takut terhadap intimidasi dari singa, laporkan kepada kami jika kalian takut”. Pada moment itu Kancil tertawa terbahak-bahak dengan tingkah laku domba yang tak ideal itu sambil berkata: Apakah domba-domba itu tidak takut dimakan singa? Tapi Kancil juga mepertanyakan kenapa domba-domba itu terlihat lantang dan berani? Siapakah sebetulnya dibalik Aksi mereka itu?
Setelah segerombolan domba itu bubar, Kancil pun pulang dengan membawa pertanyaan-pertanyaan dikepalanya. Hingga di suatu waktu Kancil berdiskusi dengan segerombolan kera, berketepatan memang topik yang mereka bahas adalah segerombolan domba-domba yang melakukan aksi semalam. Kemudian pada saat itu ada seekor kera berkata: “aksi yang domba-domba itu lakukan atas perintah dari Harimau yang berketepatan adalah lawan dari singa dalam memperebutkan singgah sana di hutan selatan kancil”.
Kemudian Kancil bertanya kepada Kera itu : “kenapa domba-domba itu mau melakukannya? Apa keuntungan yang mereka dapatkan dengan melaksanakan perintah si Harimau?” Tanya kancil kepada kawanan kera itu. Dan kera itupun berkata: “domba sekarang mah unik, mereka juga butuh uang kancil”. Kancil pun kembali bertanya : “Lah bukannya domba makan tumbuhan ya kera?” Dan kawanan kera itu pun tertawa terbahak-bahak seraya berkata: “Yah memang iya” jawab kera dan merekapun melanjutkan cerita dengan tertawa geli, "Namun, domba-domba itu sekarang bukan hanya makan rumput, mereka juga belajar tentang dunia manusia, Kancil. Mereka tahu betul bagaimana uang dan kekuasaan bekerja. Si Harimau, meskipun dia musuh Singa, menawarkan sesuatu yang menarik bagi mereka: kekuasaan dan pengaruh dalam hutan. Dan tentu saja, uang yang bisa digunakan untuk memperoleh banyak hal yang mereka butuhkan." Kancil mendengarkan dengan penuh perhatian, mencoba mencerna informasi yang baru didengarnya. "Tapi, bagaimana mungkin domba-domba itu terlibat dalam hal seperti ini?" tanya Kancil lagi, sedikit bingung. Kera yang lain menjawab, "Sebenarnya, domba-domba itu tidak sepenuhnya tahu apa yang mereka lakukan, Kancil. Mereka hanya mengikuti pemimpin mereka yang, pada kenyataannya, dipengaruhi oleh Harimau. Domba yang kurus tadi, yang berteriak 'Hidup Domba', mungkin saja diperalat untuk menjadi simbol dari sebuah gerakan yang lebih besar. Mereka tak sepenuhnya memahami konsekuensinya, tapi Harimau tahu bagaimana memanfaatkan mereka." Kancil mulai berpikir lebih dalam. "Jadi, ini semua hanya permainan kekuasaan, dan domba-domba itu hanyalah alat untuk mencapai tujuan Harimau?" "Benar," jawab kera itu. "Domba-domba itu menginginkan perubahan dan perbaikan, mungkin dalam bentuk kebebasan dari intimidasi, tapi mereka tidak tahu bahwa mereka sedang dipakai untuk kepentingan politik Harimau. Mereka hanya menginginkan hidup yang lebih baik, seperti halnya penghuni hutan lainnya." Kancil terdiam sejenak, merenungkan hal ini. "Dan apakah Harimau benar-benar peduli dengan domba-domba itu? Ataukah ini hanya sebuah cara untuk mengalihkan perhatian mereka dari hal yang lebih besar, yakni persaingannya dengan Singa?" "Betul," kata kera yang pertama. "Harimau memang ingin mengalahkan Singa dan menguasai hutan selatan, tapi dia tahu bahwa dia tidak bisa melakukannya sendirian. Jadi, dia menggunakan domba-domba itu sebagai alat propaganda untuk menciptakan kebingungan dan ketidakstabilan di hutan. Sementara itu, dia bisa terus melancarkan pergerakan politiknya tanpa terlalu banyak halangan." Kancil merasa terkejut dengan kedalaman permainan yang sedang terjadi di hutan selatan. "Ini semua begitu rumit," gumamnya. "Saya kira domba-domba itu hanya hewan biasa, tapi ternyata mereka juga terlibat dalam politik kekuasaan. Mungkin saya harus lebih hati-hati dalam menilai setiap kejadian yang terjadi di hutan." Kera-kera itu pun tertawa, lalu salah satu dari mereka berkata, "Kita semua harus berhati-hati, Kancil. Di hutan ini, tidak ada yang sesederhana kelihatannya. Semua ada permainan di baliknya, dan kita hanya bisa memahaminya dengan memperhatikan dengan cermat." Kancil pun merenung, sadar bahwa kehidupan di hutan selatan jauh lebih kompleks daripada yang dia bayangkan.