×

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Fenomena Mahasiswa”Diam Seribu Bahasa, Dosen Aktif, Mahasiswa Pasif”

Selasa, 16 September 2025 | September 16, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-16T05:09:58Z

 



Penulis: Saiful Anwar lubis

Ditengah upaya kampus mendorong pembelajaran aktif dan partisipatif, fenomena mahasiswa yang pasif di ruangan kelas semakin menjadi sorotan. Dosen berbicara panjang lebar, namun mahasiswa lebih banyak tertunduk diam , memainkan Hp, Scroll Tiktok, bahkan mengantuk ketika pembelajaran dimulai.

Fenomena ini terjadi hampir disetiap fakultas, dari syariah dan ilmu hukum, tarbiyah dan ilmu keguruan, dakwah dan ilmu komunikasi, ekonomi dan bisnis islam. Suasana ruang kelas dibeberapa jurusan terkesan lebih mirip ruang hening daripada ruang diskusi baik dosennya berhadir dan tidak berhadir.

“Kalau dosen tidak tunjuk langsung, ya kami diam saja. Takut salah ngomong atau diketawain teman”, ungkap Adek salah satu mahasiswa UIN Syahada. Partisipasi rendah, dosen mengeluh menghadapi mahasiswa yang malas bertanya atau berpendapat dalam pembelajaran yang berlangsung.

“Saya sering membuka ruang diskusi, tapi yang angkat tangan hanya satu dua orang. Selebihnya hanya mencatat atau bahkan tidak memperhatikan”,Ujar Apri. Menurutnya, sikap pasif ini menjadi tantangan tersendiri dalam menerapkan kurikulum merdeka.

Belajar yang menekankan kolaborasi dan daya pikir kritis mahasiswa, pertanyaan apakah masiswa sekarang takut, malu, atau tidak peduli lagi dengan diskusi?. Karena ketika ditanya alasan enggan aktif di kelas, mayoritas mahasiswa mengaku takut salah, kurang percaya diri, atau merasa apa yang mereka pikirkan itu tidak penting.

Selain dari sisi pengajar, perubahan pola piker mahasiswa juga harus dinilai krusial. Diperlukan budaya baru dikalangan mahasiswa untuk mengapreasi keberanian berpendapat dan kesalaham sebagai bagian dari proses belajar.

Kesimpulan:

Jika mahasiswa terus pasif dan hanya menjadi “penonton” di ruangan, maka ruang kuliah akan kehilangan makna sebagai tempat pertukaran ide dan pematangan nalar kritis. Pendidikan tinggi seharusnya bukan tempat”menghapal yang rapi”, tapi ruang tumbuh yang hidup dan dinamis.

 

×
Berita Terbaru Update